Breaking News
Loading...
Thursday, 4 July 2013

Pedagang Bumbu di Jambi Jual Boraks

JAMBI- Makanan yang beredar di Kota Jambi belum benar-benar bersih dari zat pengawet yang membahayakan kesehatan. Satu di antara zat berbahaya yang masih dipakai sebagian pedagang mengawetkan makanan ialah boraks.

Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat yang berbentuk kristal. Biasanya bahan kimia yang mengandung antiseptik ini dipakai industri farmasi sebagai ramuan obat. Boraks juga kerap dipakai untuk pengawet kayu, dan pengontrol kecoa.

Berdasarkan penelusuran Tribun dua pekan lalu, boraks di Kota Jambi justru banyak dibeli pedagang makanan. Mereka membelinya dari pedagang sayur dan bumbu di Pasar Angso Duo. Di pasaran, boraks biasa disebut pijer atau bleng. Penjualnya merupakan beberapa pedagang bumbu masakan bahkan sayuran.

Tidak terlalu sulit untuk mendapatkan bahan pengawet berbahaya tersebut. Saat bertanya kepada seorang pedagang sayuran, ia langsung menunjukkan pedagang yang menjual boraks. "Saya lagi kosong. Tapi coba ke pedagang itu, biasanya banyak stoknya," ujar pedagang itu.

Ia menunjukkan penjual bumbu dapur. Saat Tribun menanyakan pijer, ia mengangguk tanda barang itu memang ada. "Mau berapa?" tanya pedagang itu tanpa curiga. Tribun meminta satu ons. Dia mengambil pijer dari bawah meja lalu menimbang sesuai permintaan.

"Harganya Rp 6.000," kata pria itu sembari memberikan boraks tersebut. Ia membungkusnya dalam selembar kertas. Bungkusan dalam kertas koran itu kemudian diikatnya pakai karet, selanjutnya dimasukkan ke plastik bening.

Penelusuran di beberapa pedagang lainnya, barang sejenis juga tersedia. Namun boraks itu tidak dipajang, melainkan disimpan di tempat tersembunyi. Pedagang mengeluarkan saat ada yang membeli. Pijer itu terlihat dalam kemasan karung berwarna putih.

Informasi yang diperoleh Tribun, mereka yang biasa membeli boraks umumnya pedagang makanan, mulai dari penjual jajanan hingga pemilik rumah makan. Biasanya boraks yang dibeli dalam jumlah kecil, antara satu hingga tiga ons.

Seorang pedagang di pasar induk itu, kepada Tribun mengungkapkan pedagang menggunakan boraks sebagai tambahan untuk makanan yang diolahnya. Dia menyebut pelanggan biasa menggunakan boraks untuk mengawetkan makanan.

"Itu untuk mengawetkan, bukan penyedap rasa," kata perempuan yang berjualan sayur itu. Ia mengaku juga menjual zat kimia itu, namun hanya untuk para langganannya saja. Bila orang yang tidak dikenalnya datang, ia akan mengaku tidak memiliki boraks.

"Saya juga menjualnya karena terpaksa. Kalau tidak saya sediakan, nanti yang biasa membeli sayur di sini bisa pindah ke pedagang lain. Soalnya yang punya rumah makan gitu maunya bisa langsung tersedia semua di satu tempat," tuturnya.

Ia menyebut, berdasarkan informasi yang dia peroleh dari beberapa langganan, boraks itu akan digunakan untuk mengawetkan sayuran, terutama untuk sayur pucuk ubi atau daun singkong. Penggunaan pijer membuat sayur itu terlihat segar untuk waktu lama.

Pernyataan pedagang sayur itu senada dengan yang diungkapkan Suhartini (Tini), yang pernah bekerja di rumah makan ternama di Kota Jambi. Tini mengungkapkan penggunaan boraks untuk pucuk ubi sudah lazim digunakan pedagang makanan sebagai pengawet.

"Bisa untuk mengawetkan banyak jenis makanan," ungkapnya. Ia menyebut boraks bukan saja untuk sayur tapi juga untuk daging.

"Kalau misalnya dipakai untuk pucuk ubi jadi tidak layu.  Mulai pagi sampai malam tetap terlihat hijau segar dan agak mengkilap," ungkapnya. Dia bilang, tanpa pegawet, daun ubi yang direbus berubah warna jadi kecoklatan sekitar empat jam sejak dimasak.

Sepengetahuannya, boraks juga kerap digunakan penjual bakso. "Kalau digunakan untuk
bakso, jadi lebih kenyal dan tidak basi sampai besoknya," ungkapnya.

Penelusuran Tribun terkait peredaran boraks yang masih beredar bebas di pasaran ini cukup mengagetkan Dinas Perindustrian dan Pedagangan Kota Jambi.

Kabid Perdagangan Diperindagkop Kota Jambi, Sabirin kepada Tribun pekan lalu menyebut baru kali ini menerima laporan soal peredaran boraks di Kota jambi. "Terimakasih untuk informasinya. Ini tidak akan kami endapkan begitu saja, kami akan telusuri," kata Sabirin.

Armeiny Romita, Kasi Sertifikasi dan Layanan Konsumen BPOM, juga terkejut saat melihat boraks yang ditunjukkan Tribun kepadanya. Dia mengaku tidak menyangka boraks beredar bebas, padahal mereka sudah melakukan kegiatan rutin mengecek peredaran makanan.

Ia menyebut, kemungkinan pihaknya tidak menemukan boraks saat turun ke lapangan karena pedagang dengan mudah mendeteksi kedatangan para pengawas.(ang/ndi/sra/zak)

SUMBER ARTIKEL: tribunnews.com

Note:
ET Group memproduksi beberapa test kit analisis mutu pangan bermerk Easy Test dengan jenis varian antara lain Test Kit Formalin, Test Kit Boraks, Test Kit Methanil Yellow, Test Kit Rhodamine B, Test Kit Mutu Pangan 4 Varian, Test Kit Formalin Paket Industri, TEST KIT MUTU PANGAN 4 VARIAN (PAKET INDUSTRI), Test Kit Sianida, Test Kit Peroksida, Test Kit Hipoklorit (Kaporit), Test Kit Siklamat, Test Kit Sakarin, Test Kit Asam Salisilat, Test Kit Alkalinitas (Alkalinity), Test Kit Asam Sorbat, Test Kit Benzoat, Test Kit Oksalat (Oxalate), Test Kit Tiosianat (Thiocyanate), Test Kit Nitrit, Test Kit Iodat, Test Kit Oksalat, Test Kit Potassium Bromate (Kalium Bromat) dan macam-macam test kit lainnya.

EASY TEST KIT WEB SUPPORT - BAHASA INDONESIA: Easy Test Support, Penawaran Jual, Katalog Produk, ENGLISH LANGUAGE: Easy Test Support, Selling Offers, Products Catalog.

WEB SUPPORT RESMI CV. ET GROUP: CV. ET GROUP Business, Test Kit Shop, dan Easy Test Kit Info.
bahan berbahaya, bahan tambahan pangan, berita bahan berbahaya, berita kami, boraks, easy test info, formalin, methanil yellow, rhodamine b, test kit, tips cerdas

0 komentar:

Post a Comment

 
Toggle Footer