Anda termasuk penggemar Mie bakso, tahu ataupun ikan, terutama ikan asin ? Sepertinya mulai saat ini kita harus lebih berhati-hati. Pasalnya, baru-baru ini Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan kadar formalin yang cukup tinggi pada ikan asin, mie basah dan tahu. Yang lebih mengagetkan adalah kadar formalin tersebut tak hanya ditemukan pada makanan-makanan yang dijual di pasar tradisional, namun juga di supermarket.
Keberadaan formalin dalam beberapa jenis makanan sebenarnya bukan hal baru. Namun kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai bahaya zat tersebut, dan sulitnya membedakan produk yang diawetkan dengan formalin boleh jadi sebagai salah satu penyebab masyarakat kita seperti bersikap tidak ambil peduli. Perilaku sebagian konsumen yang masih senang memilih produk yang awet dan harga yang murah ditenggarai juga menjadi penyebab lain, mengapa formalin masih digunakan pada makanan.
Formalin sendiri merupakan nama dagang dari larutan formaldehida dalam air yang biasanya mengandung 10 - 15 persen metanol untuk mencegah polimerisasi. Formalin kerap digunakan sebagai desinfekstan untuk pembersih lantai, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran, serta sebagai pembasmi serangga. Selain itu formalin dapat difungsikan juga sebagai bahan pengeras jaringan dan untuk mengawetkan mayat.
Apabila formalin tercampur dalam makanan dengan dosis rendah maka akan menyebabkan keracunan. Namun apabila termakan dalam dosis tinggi akan sangat membahayakan, karena hanya dalam beberapa jam saja akan menyebabkan seseorang yang memakannya menjadi kejang-kejang, kencing darah, muntah darah bahkan dapat berujung kematian.
Formalin ini sangat mudah diserap melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat berakibat buruk pada organ tubuh, seperti kerusakan hati dan ginjal.
Dari sisi regulasi, penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan sebenarnya telah dilarang sejak tahun 1982. Tata cara perniagaannya bahkan telah diatur dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 54/MPP/KEP/7/2000. Impor zat formalin hanya bisa dilakukan oleh para importir produsen yang diakui Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Selain itu ijin mengimpor itu pun peruntukannya hanya untuk kebutuhan sendiri. Namun, yang menjadi masalah adalah rendahnya pengawasan penggunaan formalin, dan realisasi sangsi hukum terhadap produsen yang menggunakan formalin untuk makanan.
Membedakan Makanan Mengandung Formalin
Bagi masyarakat awam, untuk dapat membedakan makanan yang mengandung formalin tentu sangat sulit. Karena hal itu secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia. Namun, BPOM menyebutkan ciri-ciri umum beberapa makanan yang diduga mengandung formalin.
Untuk jenis mie basah, kita bisa mengenali ciri-ciri sebagai berikut : Pertama, mie basah tersebut tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Kedua, bau mie agak menyengat, yakni bau khas formalin. Ketiga, mie basah ini tidak lengket lebih mengkilap dibanding mie secara umumnya.
Sedangkan untuk tahu yang mengandung formalin, memiliki ciri-ciri umum, pertama, tahu tidak rusak hingga tiga hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Kedua, tahu keras, namun tidak padat. Ketiga bau agak menyengat khas formalin.
Lalu, untuk baso yang mengandung formalin, kita bisa mengenali ciri-ciri secara umum, yakni : Pertama, tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar. Kedua, memiliki tekstur sangat kenyal.
Khusus untuk ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin, biasanya tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar. Warna insang pada ikan merah tua dan tidak cemerlang, dan bau menyengat khas bau formalin
Berbeda dengan ikan segar, ikan asin yang mengandung formalin, menurut BPOM tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar. Warna ikan asin pun bersih cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
Ciri-ciri di atas memang hanya bersifat umum, namun setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang ciri makanan yang diduga mengandung formalin. Karena bagaimanapun juga, harus tetap diwaspadai, jangan sampai makanan yang kita konsumsi malah menuai penyakit, padahal seharusnya makanan menjadi sumber kesehatan bagi tubuh (Sumber artikel Gunakan link ini)
We are provides a reagent (chemical solution) or test kit for rapid analysis of certain materials including Formalin Test Kit, Methanil Yellow Test Kit, Borax (Boraks) Test Kit, Rhodamine B Test Kit, and many others kind of food security test kit. Our product merck is "Easy Test Kit" and we have produce and distribute this products in 2009 and there is many customers have been used our products. More info and order contact please call us at +6285310135381 or +6285779721597 or email at easy4test@gmail.com or easy4test@yahoo.com. A lot of information about Easy Test Kit Product can you read detail at Easy Test Kit Website OR Test Kit Shop and a lot of information on the use of hazardous banned additives in Indonesia can read details on THIS LINK.
Tag: info kemanan pangan, bahan tambahan berbahaya, bahan tambahan pangan, info bahan berbahaya, pangan berbahaya, formalin, boraks, methanil yellow, rhodamine b, test kit
Keberadaan formalin dalam beberapa jenis makanan sebenarnya bukan hal baru. Namun kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai bahaya zat tersebut, dan sulitnya membedakan produk yang diawetkan dengan formalin boleh jadi sebagai salah satu penyebab masyarakat kita seperti bersikap tidak ambil peduli. Perilaku sebagian konsumen yang masih senang memilih produk yang awet dan harga yang murah ditenggarai juga menjadi penyebab lain, mengapa formalin masih digunakan pada makanan.
Formalin sendiri merupakan nama dagang dari larutan formaldehida dalam air yang biasanya mengandung 10 - 15 persen metanol untuk mencegah polimerisasi. Formalin kerap digunakan sebagai desinfekstan untuk pembersih lantai, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran, serta sebagai pembasmi serangga. Selain itu formalin dapat difungsikan juga sebagai bahan pengeras jaringan dan untuk mengawetkan mayat.
Apabila formalin tercampur dalam makanan dengan dosis rendah maka akan menyebabkan keracunan. Namun apabila termakan dalam dosis tinggi akan sangat membahayakan, karena hanya dalam beberapa jam saja akan menyebabkan seseorang yang memakannya menjadi kejang-kejang, kencing darah, muntah darah bahkan dapat berujung kematian.
Formalin ini sangat mudah diserap melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat berakibat buruk pada organ tubuh, seperti kerusakan hati dan ginjal.
Dari sisi regulasi, penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan sebenarnya telah dilarang sejak tahun 1982. Tata cara perniagaannya bahkan telah diatur dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 54/MPP/KEP/7/2000. Impor zat formalin hanya bisa dilakukan oleh para importir produsen yang diakui Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Selain itu ijin mengimpor itu pun peruntukannya hanya untuk kebutuhan sendiri. Namun, yang menjadi masalah adalah rendahnya pengawasan penggunaan formalin, dan realisasi sangsi hukum terhadap produsen yang menggunakan formalin untuk makanan.
Membedakan Makanan Mengandung Formalin
Bagi masyarakat awam, untuk dapat membedakan makanan yang mengandung formalin tentu sangat sulit. Karena hal itu secara akurat hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan pereaksi kimia. Namun, BPOM menyebutkan ciri-ciri umum beberapa makanan yang diduga mengandung formalin.
Untuk jenis mie basah, kita bisa mengenali ciri-ciri sebagai berikut : Pertama, mie basah tersebut tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Kedua, bau mie agak menyengat, yakni bau khas formalin. Ketiga, mie basah ini tidak lengket lebih mengkilap dibanding mie secara umumnya.
Sedangkan untuk tahu yang mengandung formalin, memiliki ciri-ciri umum, pertama, tahu tidak rusak hingga tiga hari pada suhu kamar dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Kedua, tahu keras, namun tidak padat. Ketiga bau agak menyengat khas formalin.
Lalu, untuk baso yang mengandung formalin, kita bisa mengenali ciri-ciri secara umum, yakni : Pertama, tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar. Kedua, memiliki tekstur sangat kenyal.
Khusus untuk ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin, biasanya tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar. Warna insang pada ikan merah tua dan tidak cemerlang, dan bau menyengat khas bau formalin
Berbeda dengan ikan segar, ikan asin yang mengandung formalin, menurut BPOM tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar. Warna ikan asin pun bersih cerah, namun tidak berbau khas ikan asin.
Ciri-ciri di atas memang hanya bersifat umum, namun setidaknya dapat memberikan sedikit gambaran kepada kita tentang ciri makanan yang diduga mengandung formalin. Karena bagaimanapun juga, harus tetap diwaspadai, jangan sampai makanan yang kita konsumsi malah menuai penyakit, padahal seharusnya makanan menjadi sumber kesehatan bagi tubuh (Sumber artikel Gunakan link ini)
We are provides a reagent (chemical solution) or test kit for rapid analysis of certain materials including Formalin Test Kit, Methanil Yellow Test Kit, Borax (Boraks) Test Kit, Rhodamine B Test Kit, and many others kind of food security test kit. Our product merck is "Easy Test Kit" and we have produce and distribute this products in 2009 and there is many customers have been used our products. More info and order contact please call us at +6285310135381 or +6285779721597 or email at easy4test@gmail.com or easy4test@yahoo.com. A lot of information about Easy Test Kit Product can you read detail at Easy Test Kit Website OR Test Kit Shop and a lot of information on the use of hazardous banned additives in Indonesia can read details on THIS LINK.
Tag: info kemanan pangan, bahan tambahan berbahaya, bahan tambahan pangan, info bahan berbahaya, pangan berbahaya, formalin, boraks, methanil yellow, rhodamine b, test kit
0 komentar:
Post a Comment